15 Desember 2013 kakekku meninggal. Terpukul rasa nya ditinggalkan kakekku itu. Aku menyesal karena belum sempat meminta maaf kepada kakekku. Ini asli, enggak cerita bohongan!
Saat 15 Desember itu, aku dan kakakku (sebut saja Kak Nadya) pergi ke acara ulang tahun murid nenekku (Nenekku adalah guru SMA). Kami keliling Padang. Saat keliling itu, melintas perasaan tidak enak di benakku.
"Ih... Kok nge-rasa enggak enak, ya?" kata ku dalam hati. Aku pun langsung istighfar... Huh, rasa nya keanehan!
Saat pulang, aku dan Kak Nadya main laptop. Kami tidur tengah malam. Nah, saat hampir jam 12 malam, ayah ku datang.
"Nadya! Najwa! Buka pintu nya!" kata abi ku. Kak Nadya langsung membukakan pintu nya.
"Kenapa, om?" tanya Kak Nadya.
"Itu... Yayi (aku dan kakakku memanggil kakekku dengan sebutan 'yayi') udah sekarat." kata abi.
"Apa?!" teriakku dan kak Nadya terkejut. Kami segera kekamar yayi.
Saat di kamar yayi...
PUTUSLAH HARAPAN KU! Aku benar-benar menangis! Kakekku telah meninggal! Ia telah tenang di alam sana.
"Hiks.. Hiks.. Yayi..." kata ku. Aku pun langsung mengambil Al-Qur'an dan membaca surat Yasin di sebelah yayi.
Aku dan yang lainnya tidak tidur semalaman. Esok hari nya, yayi di kuburkan. Saat dimandikan, aku ikut melihat nya. Apalagi kak Nadya. Hiks... Umi ku menangis kencang...
Saat di kafanin, aku menangis. "Aku gak bisa ketemu yayi lagi... Sampai jumpa yayi!" kata ku dalam hati.
Saat dikuburkan, abi ku adzan di kuburan itu. Abangku, Bang Adi menangis. Dia tak tega..
Sebelum bubar, aku sempat berkata kepada yayi. Tentu saja aku berbicara nya dengan di atas kuburan nya.
"Yayi... Sampai jumpa, yi. Semoga yayi di letakkan di sisi Allah S.W.T. Kami semua akan merindukan yayi..." kata ku. Kemudian, kami semua berfoto di kuburan yayi.
Kini, aku mengatakan kuburan yayi itu dengan 'rumah baru' yayi. Sampai jumpa yayi tersayang... Semoga di letak di sisi Allah S.W.T. Aamiin...
0 komentar:
Posting Komentar